Minggu, 24 Juli 2011

pengertian analisis wacana, jenis-jenis wacana


TUGAS AKHIR
ANALISIS WACANA
KLASIFIKASI WACANA


unpa.jpg


OLEH
SILVIA YURNIANTI
01543/2008

DOSEN PEMBIMBING
Dr. NOVIA JUITA, M.Hum



PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
`           Alhamdulillahhirabbil’alamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT. Berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas akhir analisis wacana dengan judul “Klasifikasi Wacana”. Pembuatan makalah ini dibuat adalah untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Analisis Wacana.
            Dalam pembuatan makalah ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan, terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Analisis Wacana, ibuk Novia Juita.  Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kesalahan-kesahaln dan kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan makalah ini.
            Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu baik moril maupun materil dalam pembuatan tugas ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah…………………………………………
B.     Fokus Masalah……………………………………………………
C.     Rumusan Masalah………………………………………………..
D.    Pertanyaan Penelitian……………………………………………
E.     Tujuan Penelitian…………………………………………………
F.      Manfaat Penelitian……………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Wacana
B.     Klasifikasi Wacana
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
KEPUSTAKAAN



BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam pengajaran bahasa ada suatu hierarki atau tingkatan disiplin ilmu yang dipelajari. Kebanyakan masyarakat berasumsi bahwa tingkatan itu adalah sesuatu yang mutlak dan keputusan akhir (Final decision ). Adapun tingkatan itu adalah morfem-kata-kalimat-paragraf-wacana. Dalam tingkatan ini wacana mendapat tingkat yang tertinggi. Seperti yang diketahui, bila ditinjau dari segi ukuran, urutan tersebut adalah dari kecil ke ukuran paling besar. Secara tidak langsung bisa diambil kesimpulan bahwa wacana adalah satuan yang paling besar.
Bisa diartikan bahwa sebuah tulisan atau tuturan yang panjang bisa dikatakan wacana, dan yang pendek bukanlah wacana. Asumsi seperti ini tidaklah salah, akan tetapi wacana tidak hanya berada pada lingkungan yang sempit, zaman sekarang ini kata-kata wacana sangat sering diucapkan selain kata demokrasi dan lain sebagainya. Jadi, wacana tidaklah terbatas pada ukuran satuan yang paling panjang atau besar.
Untuk mengenal wacana ini lebih dekat maka perlu diketahui jenis-jenis atau klasifikasi wacana ini, sehingga dari hal itu akan tergambar jelas apa sebenarnya yang disebut dengan wacana. Sebagai suatu disiplin ilmu, wacana tentu mempunyai ruang lingkup yang sangat besar. Wacana bisa terbagi lagi dalam kelompok-kelompok kecil yang akan menambah khazanah pengetahuan masyarakat tentang wacana itu sendiri.
Makalah Analisis Wacana dengan Judul Klasifikasi Wacana ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui wacana lebih jauh.


B.     Fokus Masalah
Masalah dalam penulisan makalah ini adalah yang berhubungan langsung dengan wacana, mulai dari hakikat wacana, unsur wacana, hubungan bahasa dengan wacana, konteks wacana dan wacana lisan. Akan tetapi, penulis mengambil sebuah masalah dalam wacana yaitu klasifikasi wacana.
C.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan mengenai klasifikasi wacana ini dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan, yaitu “Apa sajakah jenis-jenis wacana itu?”.
D.    Pertanyaan
Pertanyaan dalam pembahasan ini adalah apa sajakah jenis-jenis wacana tersebut?
E.     Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan menjabarkan jenis-jenis atau klasifikasi dalam wacana.
F.     Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.      Diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang wacana
2.      Diharapkan dapat bermanfaat sebgai bahan rujukan ataupun perbandingan untuk pembuat makalah selanjutnya.
3.      Menambah wawasan untuk penulis tentang wacana




BAB II PEMBAHASAN
Sehubungan dengan topic atau judul makalah yang telah dijelaskan di atas, maka uraian yang akan dibahas pada bagian pembahasan ini adalah: (1) Pengertian Wacana, (2) Jenis-jenis Wacana.
A.    Pengertian Wacana
Brown dan Yule (1996:1) menyebutkan bahwa wacana adalah bahasa yang digunakan. Menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada umumnya adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan isi yang koheren secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.
Pendapat lain dari Chaer (2003:267) mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Menurut Edmonson (dalam Juita 1999:3) wacana adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistic yang lainnya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa wacana adalah suatu satuan bahasa yang kompleks.
B.     Klasifikasi Wacana
Wacana yang merupakan suatu disiplin ilmu yang luas dan kompleks memiliki bagian-bagian yang kecil atau klasifikasinya, berikut akan diuraikan klasifikasi menurut para ahli.
Chaer (2003:272) mengatakan bahwa pelbagai jenis wacana sesuai dengan sudut pandang dari mana wacana itu dilihat, diantara lain: (1) wacana lisan dan tulisan, hal ini berkenaan dengan sarananya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis. (2) wacana prosa dan wacana puisi, dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah dalam bentuk puitik. Selanjutnya, wacana prosa ini dilihat dari penyampaian isinya dan dibedakan lagi menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi.
Pendapat lain dari Juita (1999:50-55) menggolongkan wacana lebih terperinci dan berkelompok-kelompok, yaitu:
a.      Klasifikasi Wacana Berdasarkan tujuan
Maksudnya adalah si pembuat wacana membuat waca untuk tujuan-tujuan tertentu, mungkin untuk pemuasan atau pengekspresian dirinya, untuk mempengaruhi orang lain atau untuk menginformasikan sesuatu kepada orang lain. Berdasarkan pengelompokkan ini  Kinneavy dalam Parera (1990:114) (dalam Juita 1999:50-55) membedakan empat kelompok wacana berdasarkan tujuannya, yaitu:

1.      Wacana Ekspresif
Wacana ekspresif adalah wacana yang lebih ditujukan kepada pembuat (penulis atau pembicara) itu sendiri. Wacana ini diciptakan oleh si pembuat untuk kepentingan dirinya sendiri. Tidak terlalu menghiraukan audiens. Wacana ini bersifat individual dan sosial. Misalnya, catatan harian, deklarasim dan lain-lain.
2.      Wacana Referensial
Wacana referensial adalah wacana yang lebih tertuju kepada penggambaran fakta atau realita dan data. Wacana ini tidak semata-mata ditujukan kepada decoder ataupun encoder, tetapi lebih mengutamakan kepada penyampaian fakta dan data secara akurat. Wacana ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu wacana referensial ekspositoris dan wacana referensial ilmiah.
3.      Wacana Susastra
Wacana susastra berbicara sesuai dengan realitas untuk realitas itu sendiri. Dalam wacana ini yang dominan bukanlah realitas itu sendiri, akan tetapi paduan imajinasi pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak . jadi, realitas objektif sudah diolah menjadi realitas imajinatif. Misalnya, novel, cerpen, dan lain-lain.
4.      Wacana persuasive
Wacana persuasive adalah wacana yang memang diciptakan untuk decoder (pembaca atau pendengar). Tujuannya adalah untuk mempengaruhi. Misalnya iklan, pidato politik, khotbah, dan lain-lain.

b.      Klasifikasi Wacana Berdasarkan Cara Pemaparan
Pengelompok berdasarkan pemaparan sama dengan tinjauan ini, cara penyususnan dan sifatnya. Wacana ini dapat digelongkan sebagai berikut:
1.      Wacana Naratif
Wacana naratif adalah wacana yang lebih menonjolkan peran tokoh. Kejadian atau peristiwa dirangkai atau dijalin sedemikian rupa melalui peran-peran yang dimainkan oleh para tokoh. Urutan peristiwa dirangkai atau dijalin oleh pelaku secara kronologis. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita.
2.      Wacana Prosedural
Wacana procedural adalah wacana yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapat dikacaukan urutanya, atau dibolak-balik. Urgensi unsur yang lebih dahulu merupakan landasan untuk unsur sesudahnya. Wacana ini dibuat untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara sesuatu bekerja, atau bagaimana proses terjadinya, atau bagaimana proses melakukan sesuatu.


3.      Wacana Hortatorik
Wcana ini adalah wacana yang berisi ajakan atau nasehat, dan kadang-kadang bersifat memperkuat keputusan supaya lebih meyakinkan. Wacana ini merupakan hasil atau produksi suatu waktu, dan bukan disusun berdaarkan urutan waktu.
4.      Wacana Ekspositoris
Wacana ekspositoris ini merupakan rangkaian tutur yang mengetengahkan atau memaparkan suatu pokok pikiran atau permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau unsur-unsurnya sedetail mungkin. Wacana ini memberikan berbagai informasi sehigga pembaca atau pendengar paham dengan baik tentang masalah yang dikemukakan. Wacana ini dilengkapi dengan ilustrasi atau contoh.
5.      Wacana Deskriptif
Wacana ini merupakan rangkaian tutur yang melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman ataupun pengetahuan encoder. Wacana ini meransang seluruh indra decoder sehingga decoder merasa betul-betul menyaksikan objek, peristiwa, atau kejadian tersebut.

c.       Klasifikasi Wacana Berdasarkan Pelibat
Berdasarkan pelibata atau individu yang ikut serta di dalam wacana tersebut, maka wacana ini dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Wacana Monolog
Wacana monolog yaitu wacana yang secara langsung tidak menghendaki interaksi timbale balik antara encoder dan decoder. Wacana ini lebih didominasi oleh encoder, sedangkan decoder hanya bisa memberikan tanggapan, saran, ataupun pendapat. Akan tetapi, waktu tetap saja tersedia untuk decoder.
2.      Wacana Dialog
Wacana dialog adalah wacana yang menghendaki terjadinya interaksi timbal balik antara encoder dan decoder. Pembagian jatah waktu di antara keduanya sama. Karena itu tidak ada dominasi satu pihak saja. Wacana dialog ini selanjutnya dapat lagi dibagi menjadi dua bagian, yaitu wacana dialog sesungguhnya dan wacana dialog teks.
Wacana dialog sesungguhnya ini merupakan wacana dialog yang spontan dengan segala keadaan, tidak ada rekayasa dalam wacana tersebut. Wacana ini dapat pula dikatakan wacana alamiah, misalnya percakapan di warung kopi. Selanjutnya wacana dialog teks, yaitu wacana dialog yang direkayasa sedemikian rupa. Penutur tinggal menghafal apa yang tertera dalam teks percakapan. Misalnya teks drama.
d.      Wacana Berdasarkan Media
Berdasarkan media yang digunakan, wacana ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Wacana Lisan
Wacana lisan adalah wacana yang menggunakan bahasa lisan sebagai penyampaiannya. Wacana ini pada dasarnya diciptakan dalam waktu dan situasi yang nyata.  Oleh karena itu wacana ini dikaitkan dengan wacana interaktif.
2.      Wacana Tulisan
Wacana tulis adalah wacana yang menggunaka bahasa tulis sebagai media penyampaiannya. Wacana tulis ini dapat pula berwujud sepenggal ikatan percakapan dalam rangkaian percakapan yang lengkap yang telah menggambarkan suatu situasi, maksud, dan rangkaian penggunaan bahasa. Wujud lain dari wacana tulis ini dapat berupa teks atau bahan tertulis yang bebentuk paragraf.



















BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
Wacana banyak sekali ragam atau jenisnya. Pengelompokkannya antara lain berdasarkan tujuan, berdasarkan cara pemaparan, berdasarkan pelibat dan beradasarkan media. Berdasarkan tujuan wacana dapat dibai menjadi wacana ekspresif, wacana referensial, wacana susastra dan wacana persuasive. Berdasarkan cara pemaparan wacana ini terdiri atas narasi, eksposisi, deskripsi, hortatory, dan procedural. Berdasarkan pelibat wacana dapat dibgai menjadi wacana dialog dan monolog, berdasarkan media ada wacana lisan dan tulisan.
Selain itu, wacana merupakan disiplin ilmu yang sudah banyak dibahas dan sedang berkembang pada masa ini. Wacana juga berkaitan erat dengan disiplin ilmu lain. Setelah dikaji lebih dalam mengenai jenis-jenis wacana ini dapat dilihat bahwa ilmu ini tidak hanya sebatas paragraf atau yang lebih besar. Bahkan wacana ini bisa berbentuk satu ujaran saja, hal ini terjadi karena wacana adalah satuan bahasa yang terikat konteks.

B.     Saran
Berdasarkan hasil dari makalah di atas dan simpulan, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: Pertama, masyarakat yang mempelajari wacana harus benar-benar dalam mengkaji tentang wacana, sehingga terbuka segala ihwal yang berhubungan hal tersebut. Kedua, setelah mempelajari wacana tersebut, diharapkan adanya aplikasi ataupun penelitian tentang wacana sehingga semakin tergambar jelas tentang wacana secara keseluruhan. Ketiga, pihak pemerintahan atau lembaga pendidikan hendaknya banyak menerbitkan atau mengeluarkan buku yang membahas tentang wacana, mengingat buku atau bahan tentang wacana masih sedikit dan sulit didapatkan.









                                                               KEPUSTAKAAN
Brown, Gillian dan George Yule. 1983. Analisis Wacana (diterjemahkan oleh I. Soetiko). Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Rineka Cipta:Jakarta.
Juita, Novia. 1999. Wacana Bahasa Indonesia. DIP Universitas Negeri Padang: Padang.
Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia Dalam Konteks. P2LPTK: Jakarta






3 komentar:

  1. bagi yang ingin menjadikan ini referensi silahkan

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas postingannya yah ini sangat membantu sekali.

    BalasHapus
  3. TOTO | Titanium Hounds Dog & Balsamic Horse Racing
    TOTO is a dog and balsamic micro touch trimmer harness track. The totties oakley titanium glasses are made from titanium bikes wood and used to head titanium tennis racket make your horse come alive ford fusion titanium 2019 again. Each year, TOTO brings the

    BalasHapus