Sabtu, 23 Juli 2011

kembali, inspirasi dari sebuah kerumitan jiwa


Bismillahhirrahmanirrahim.. untuk saudaraku yang tak pernah lelah
Assalamu’alaikum…..
Menikmati dan menjadikan kelelahan itu keindahan……….
Saudaraku……..
Lama tak jumpa, apa kabar saudara ku, apa kabar iman dihati yang engkau selalu berusaha untuk menjaganya dengan segala amalan dan ibadah? Apa kabar ilmumu yang selalu kau gali dan selalu kau cari? Apa kabar dengan azzammu yang slalu kau tanam dalam hati dengan memahami segala yang kau lakukan hanya untuk illahi? Saudaraku…. Apa kabar dengan ragamu, yang senantiasa kau jaga dengan selalu menjaga ritme kegiatan serta mengatur segala aktivitasmu?
Subhannallah,,,,, ana yakin saudaraku bisa menjaga semua itu, yang senantiasa akan membangun jiwa yang kokoh. Teruntuk saudaraku  yang tak pernah lelah di jalan ini. Teruntuk saudaraku yang selalu mencoba mengikrarkan janji setia di jalanNya!
Saudaraku… di atas ana sudah menanyakan kabar, sekarang ana ingin mengungkapkan apa yang terasa, ini membuat sebuah pernyataan seperti judul di atas “menikmati dan menjadikan kelelahan itu indah”.
Kawan… ana ingin bercerita tentang sesuatu…
Kawan… saat ini mungkin adalah saat-saar kita berjuang, saat kita mengerahkan segala kemampuan, menguras pikiran dan tenaga. Tak sedikit hal yang kita korbankan demi tercapainya maksud mulia, maksud untuk mensyiarkan dienNya.
Sebelumnya ana ingin menceritakan kisah baginda kita yang mulia, Rasullullah SAW, seorang panglima yang gagah berani, kesakitan yang tak tertanggungkan, cercaan lahir dan bathin yang beliau rasakan saat hijrah ke tha’if. Seorang manusia yang mulian, berjalan ke negeri yang jauh untuk maksud yang mulia, demi kehidupan yang abadi ummat di akhir nanti. Beliau tidak mengharapkan harta yang melimpah, jabatan yang menjajikan bila Ia berhasil. Namun, Ia hanya mengharapkan keRidhaan Allah semata.
Dalam perjalan yang mulia itu, jangankan beliau mendapat sambutan baik, akan tetapi beliau mendapat siksaan, beliau dilempari batu, sehingga sekujur tubuhnya berlumuran darah. Kawan… beliau tidak membalas, tidak mencerca mereka yang menzaliminya, namun beliau malah mendo’akan kebaikan demi mereka. Subhanallah mulia sangat hati beliau.
Mungkin kawan semua sudah pernah membaca kisah ini dalam shirah nabawiyah, ini hanya sebagai pengingat  untuk kita.
Bila kita bandingkan dengan usaha Rasul dalam menyiarkan islam, bisa dikatakan perjuangan kita belum seberapa. Dahulu sahabat, tabi’in dan pejuang mujahidin lainnya rela mengorbankan segalanya, bahkan nyawa satu-satunya. Subhanallah.
Kawan.. sekarang dalam perjuangan ini, kita mungkin hanya mengorbankan sedikit waktu, tenaga, pikiran, dan harta yang kita punya. Kita berkorban tenaga untuk melakukan hal-hal yang nantinya demi kebaikan ummat dan yang akan berbalas dengan syurga yang tiada tara keindahannya. Mungkin saja, dalam agenda dakwah ini, bisa jadi kita mengangkatkan suatu acara, sebut saja syiar islam atau apalah. Tentu kita akan bekerja demi tercapainya tujuan yang kita maksud. Dalam bekerja tentu semua itu tidak akan berjalan lancer sesuai keinginan kita. Sesungguhnya Allah akan menguji kesabaran hambaNya.
Saudaraku… saat masalah datang dalam ranah kehidupan berbagai reaksi yang akan bermunculan, namun yang sering kali muncul adalah keputusasaan dan keluhan-keluhan. Terkadang, mungkin, kita menganggap masalah itu sebagai halangan. Sebagai sesuatu yang menjadi pembenaran bagi kita untuk tidak melakukan sesuatu. Namun, mungkin perlu kita sadari, betapa masalah itu sangat penting dalam hidup ini. Kehidupan ini tentu tidak akan lepas dari masalah. Dengan adanya masalah kita akan tertarbiyah untuk kesabaran, dengan adanya masalah kita akan dilatih untuk berpikir keras (ana ingat perjuangan di siyasiy yang rumit dan pelik, namun menjadikan kita jadi org2 pemikir dan hebat).
Salam jihad untuk kader dakwah perindu syurga.
Sejarah mencatat bahwa kejayaan Islam tegak di atas pondasi amal jama’I, Rasullullah tidak sendiri meninggikan risalah ini, ada Abu bakar, Utsman, Umar, Ali, dan banyak lagi sederetan nama yang mulia lainnya yg menorehkan sejarah peradaban ke-emasab Islam.
Realitas diri kita hanyalah ummat di penghujung zaman yang jauh dari ke-Rabbani_an dan akrab dengan kemaksiatan zaman.  Beban dakwah ini terlalu berat untuk dipikul sendiri, sehebat apapun seseorang ia tidak akan kuat menggung amanah ini. Jama’ah adalah kunci kesuksesan dakwah ke depan. Maka jangan pernah menyerah andai kita belum mampu bergerak atas kelalaian konsep amal jama’I karena saudara2 kita yang tidak totalitas dalam bekerja.
Kebahagian dan kemanisan perjalanan seorang kader dakwah adalah ketika ia mampu bersabar dengan ujian, kesulitan dakwah yang allah hadapkan lalu MENANG!!!!!!
Bahagialah dengan kelelahan dan pengorbanan yang kita rasakan karena Allah telah menjanjikan syurga di ujung perjalanan.
Dewasalah dengan segala masalah karena itu tarbiyah dariNya.
Lalu kesedihan dan kesempitan apalagi yang membuat pudar ghiroh juang kita sebagai perindu2 syurga??? Apakah syurga Allah tidak cukup berharga mengganti perjuangan, kesabaran dan pengorbanan ini. Kita adalah orang yang paling bahagia dengan kesempitan yang kita punya.
ALLAHUAKBAR!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar