hidup ini hanya sebuah skenario besar yang telah dirancang sedemikian rupa oleh sutradara yang tak ada duanya.sebaris kalimat untuk mengungkapkan kebesaranNya. itu tidaklah cukup, bila seisi dunia ddijadikan bahan tulisan, tak akan bisa melukiskan keagunganNya. tak ada tandingannya dengan sutradara manapun. hanung bramantyo sekalipun.
setidaknya dengan menulis bisa memberitahu dunia bahwa aku hidup, bahwa aku juga punya hak dan kewajiban di dunia ini, mengatakan pada semesta bahwa ada yang akan menggunakannya dan menjaganya... dan Rabbku, ia lah yang maha kuasa
Selasa, 26 Juli 2011
Minggu, 24 Juli 2011
pengertian analisis wacana, jenis-jenis wacana
TUGAS AKHIR
ANALISIS WACANA
KLASIFIKASI WACANA

OLEH
SILVIA YURNIANTI
01543/2008
DOSEN PEMBIMBING
Dr. NOVIA JUITA, M.Hum
PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
` Alhamdulillahhirabbil’alamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT. Berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas akhir analisis wacana dengan judul “Klasifikasi Wacana”. Pembuatan makalah ini dibuat adalah untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Analisis Wacana.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan, terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Analisis Wacana, ibuk Novia Juita. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kesalahan-kesahaln dan kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu baik moril maupun materil dalam pembuatan tugas ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………
B. Fokus Masalah……………………………………………………
C. Rumusan Masalah………………………………………………..
D. Pertanyaan Penelitian……………………………………………
E. Tujuan Penelitian…………………………………………………
F. Manfaat Penelitian……………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana
B. Klasifikasi Wacana
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
KEPUSTAKAAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengajaran bahasa ada suatu hierarki atau tingkatan disiplin ilmu yang dipelajari. Kebanyakan masyarakat berasumsi bahwa tingkatan itu adalah sesuatu yang mutlak dan keputusan akhir (Final decision ). Adapun tingkatan itu adalah morfem-kata-kalimat-paragraf-wacana. Dalam tingkatan ini wacana mendapat tingkat yang tertinggi. Seperti yang diketahui, bila ditinjau dari segi ukuran, urutan tersebut adalah dari kecil ke ukuran paling besar. Secara tidak langsung bisa diambil kesimpulan bahwa wacana adalah satuan yang paling besar.
Bisa diartikan bahwa sebuah tulisan atau tuturan yang panjang bisa dikatakan wacana, dan yang pendek bukanlah wacana. Asumsi seperti ini tidaklah salah, akan tetapi wacana tidak hanya berada pada lingkungan yang sempit, zaman sekarang ini kata-kata wacana sangat sering diucapkan selain kata demokrasi dan lain sebagainya. Jadi, wacana tidaklah terbatas pada ukuran satuan yang paling panjang atau besar.
Untuk mengenal wacana ini lebih dekat maka perlu diketahui jenis-jenis atau klasifikasi wacana ini, sehingga dari hal itu akan tergambar jelas apa sebenarnya yang disebut dengan wacana. Sebagai suatu disiplin ilmu, wacana tentu mempunyai ruang lingkup yang sangat besar. Wacana bisa terbagi lagi dalam kelompok-kelompok kecil yang akan menambah khazanah pengetahuan masyarakat tentang wacana itu sendiri.
Makalah Analisis Wacana dengan Judul Klasifikasi Wacana ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengetahui wacana lebih jauh.
B. Fokus Masalah
Masalah dalam penulisan makalah ini adalah yang berhubungan langsung dengan wacana, mulai dari hakikat wacana, unsur wacana, hubungan bahasa dengan wacana, konteks wacana dan wacana lisan. Akan tetapi, penulis mengambil sebuah masalah dalam wacana yaitu klasifikasi wacana.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan mengenai klasifikasi wacana ini dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan, yaitu “Apa sajakah jenis-jenis wacana itu?”.
D. Pertanyaan
Pertanyaan dalam pembahasan ini adalah apa sajakah jenis-jenis wacana tersebut?
E. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dan menjabarkan jenis-jenis atau klasifikasi dalam wacana.
F. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang wacana
2. Diharapkan dapat bermanfaat sebgai bahan rujukan ataupun perbandingan untuk pembuat makalah selanjutnya.
3. Menambah wawasan untuk penulis tentang wacana
BAB II PEMBAHASAN
Sehubungan dengan topic atau judul makalah yang telah dijelaskan di atas, maka uraian yang akan dibahas pada bagian pembahasan ini adalah: (1) Pengertian Wacana, (2) Jenis-jenis Wacana.
A. Pengertian Wacana
Brown dan Yule (1996:1) menyebutkan bahwa wacana adalah bahasa yang digunakan. Menurut Kinneavy (dalam Supardo 1988:54) wacana pada umumnya adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak harus selalu menampilkan isi yang koheren secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke satu tujuan bahasa atau mengacu sejenis kenyataan.
Pendapat lain dari Chaer (2003:267) mengatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Menurut Edmonson (dalam Juita 1999:3) wacana adalah satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku linguistic yang lainnya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa wacana adalah suatu satuan bahasa yang kompleks.
B. Klasifikasi Wacana
Wacana yang merupakan suatu disiplin ilmu yang luas dan kompleks memiliki bagian-bagian yang kecil atau klasifikasinya, berikut akan diuraikan klasifikasi menurut para ahli.
Chaer (2003:272) mengatakan bahwa pelbagai jenis wacana sesuai dengan sudut pandang dari mana wacana itu dilihat, diantara lain: (1) wacana lisan dan tulisan, hal ini berkenaan dengan sarananya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis. (2) wacana prosa dan wacana puisi, dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah dalam bentuk puitik. Selanjutnya, wacana prosa ini dilihat dari penyampaian isinya dan dibedakan lagi menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi.
Pendapat lain dari Juita (1999:50-55) menggolongkan wacana lebih terperinci dan berkelompok-kelompok, yaitu:
a. Klasifikasi Wacana Berdasarkan tujuan
Maksudnya adalah si pembuat wacana membuat waca untuk tujuan-tujuan tertentu, mungkin untuk pemuasan atau pengekspresian dirinya, untuk mempengaruhi orang lain atau untuk menginformasikan sesuatu kepada orang lain. Berdasarkan pengelompokkan ini Kinneavy dalam Parera (1990:114) (dalam Juita 1999:50-55) membedakan empat kelompok wacana berdasarkan tujuannya, yaitu:
1. Wacana Ekspresif
Wacana ekspresif adalah wacana yang lebih ditujukan kepada pembuat (penulis atau pembicara) itu sendiri. Wacana ini diciptakan oleh si pembuat untuk kepentingan dirinya sendiri. Tidak terlalu menghiraukan audiens. Wacana ini bersifat individual dan sosial. Misalnya, catatan harian, deklarasim dan lain-lain.
2. Wacana Referensial
Wacana referensial adalah wacana yang lebih tertuju kepada penggambaran fakta atau realita dan data. Wacana ini tidak semata-mata ditujukan kepada decoder ataupun encoder, tetapi lebih mengutamakan kepada penyampaian fakta dan data secara akurat. Wacana ini dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu wacana referensial ekspositoris dan wacana referensial ilmiah.
3. Wacana Susastra
Wacana susastra berbicara sesuai dengan realitas untuk realitas itu sendiri. Dalam wacana ini yang dominan bukanlah realitas itu sendiri, akan tetapi paduan imajinasi pengarang hingga membentuk suatu rangkaian yang kompak . jadi, realitas objektif sudah diolah menjadi realitas imajinatif. Misalnya, novel, cerpen, dan lain-lain.
4. Wacana persuasive
Wacana persuasive adalah wacana yang memang diciptakan untuk decoder (pembaca atau pendengar). Tujuannya adalah untuk mempengaruhi. Misalnya iklan, pidato politik, khotbah, dan lain-lain.
b. Klasifikasi Wacana Berdasarkan Cara Pemaparan
Pengelompok berdasarkan pemaparan sama dengan tinjauan ini, cara penyususnan dan sifatnya. Wacana ini dapat digelongkan sebagai berikut:
1. Wacana Naratif
Wacana naratif adalah wacana yang lebih menonjolkan peran tokoh. Kejadian atau peristiwa dirangkai atau dijalin sedemikian rupa melalui peran-peran yang dimainkan oleh para tokoh. Urutan peristiwa dirangkai atau dijalin oleh pelaku secara kronologis. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita.
2. Wacana Prosedural
Wacana procedural adalah wacana yang menuturkan sesuatu secara berurutan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Unsur-unsur atau elemen-elemen yang ada tidak dapat dikacaukan urutanya, atau dibolak-balik. Urgensi unsur yang lebih dahulu merupakan landasan untuk unsur sesudahnya. Wacana ini dibuat untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara sesuatu bekerja, atau bagaimana proses terjadinya, atau bagaimana proses melakukan sesuatu.
3. Wacana Hortatorik
Wcana ini adalah wacana yang berisi ajakan atau nasehat, dan kadang-kadang bersifat memperkuat keputusan supaya lebih meyakinkan. Wacana ini merupakan hasil atau produksi suatu waktu, dan bukan disusun berdaarkan urutan waktu.
4. Wacana Ekspositoris
Wacana ekspositoris ini merupakan rangkaian tutur yang mengetengahkan atau memaparkan suatu pokok pikiran atau permasalahan yang dibahas dengan cara menguraikan bagian-bagian atau unsur-unsurnya sedetail mungkin. Wacana ini memberikan berbagai informasi sehigga pembaca atau pendengar paham dengan baik tentang masalah yang dikemukakan. Wacana ini dilengkapi dengan ilustrasi atau contoh.
5. Wacana Deskriptif
Wacana ini merupakan rangkaian tutur yang melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman ataupun pengetahuan encoder. Wacana ini meransang seluruh indra decoder sehingga decoder merasa betul-betul menyaksikan objek, peristiwa, atau kejadian tersebut.
c. Klasifikasi Wacana Berdasarkan Pelibat
Berdasarkan pelibata atau individu yang ikut serta di dalam wacana tersebut, maka wacana ini dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Wacana Monolog
Wacana monolog yaitu wacana yang secara langsung tidak menghendaki interaksi timbale balik antara encoder dan decoder. Wacana ini lebih didominasi oleh encoder, sedangkan decoder hanya bisa memberikan tanggapan, saran, ataupun pendapat. Akan tetapi, waktu tetap saja tersedia untuk decoder.
2. Wacana Dialog
Wacana dialog adalah wacana yang menghendaki terjadinya interaksi timbal balik antara encoder dan decoder. Pembagian jatah waktu di antara keduanya sama. Karena itu tidak ada dominasi satu pihak saja. Wacana dialog ini selanjutnya dapat lagi dibagi menjadi dua bagian, yaitu wacana dialog sesungguhnya dan wacana dialog teks.
Wacana dialog sesungguhnya ini merupakan wacana dialog yang spontan dengan segala keadaan, tidak ada rekayasa dalam wacana tersebut. Wacana ini dapat pula dikatakan wacana alamiah, misalnya percakapan di warung kopi. Selanjutnya wacana dialog teks, yaitu wacana dialog yang direkayasa sedemikian rupa. Penutur tinggal menghafal apa yang tertera dalam teks percakapan. Misalnya teks drama.
d. Wacana Berdasarkan Media
Berdasarkan media yang digunakan, wacana ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Wacana Lisan
Wacana lisan adalah wacana yang menggunakan bahasa lisan sebagai penyampaiannya. Wacana ini pada dasarnya diciptakan dalam waktu dan situasi yang nyata. Oleh karena itu wacana ini dikaitkan dengan wacana interaktif.
2. Wacana Tulisan
Wacana tulis adalah wacana yang menggunaka bahasa tulis sebagai media penyampaiannya. Wacana tulis ini dapat pula berwujud sepenggal ikatan percakapan dalam rangkaian percakapan yang lengkap yang telah menggambarkan suatu situasi, maksud, dan rangkaian penggunaan bahasa. Wujud lain dari wacana tulis ini dapat berupa teks atau bahan tertulis yang bebentuk paragraf.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Wacana banyak sekali ragam atau jenisnya. Pengelompokkannya antara lain berdasarkan tujuan, berdasarkan cara pemaparan, berdasarkan pelibat dan beradasarkan media. Berdasarkan tujuan wacana dapat dibai menjadi wacana ekspresif, wacana referensial, wacana susastra dan wacana persuasive. Berdasarkan cara pemaparan wacana ini terdiri atas narasi, eksposisi, deskripsi, hortatory, dan procedural. Berdasarkan pelibat wacana dapat dibgai menjadi wacana dialog dan monolog, berdasarkan media ada wacana lisan dan tulisan.
Selain itu, wacana merupakan disiplin ilmu yang sudah banyak dibahas dan sedang berkembang pada masa ini. Wacana juga berkaitan erat dengan disiplin ilmu lain. Setelah dikaji lebih dalam mengenai jenis-jenis wacana ini dapat dilihat bahwa ilmu ini tidak hanya sebatas paragraf atau yang lebih besar. Bahkan wacana ini bisa berbentuk satu ujaran saja, hal ini terjadi karena wacana adalah satuan bahasa yang terikat konteks.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari makalah di atas dan simpulan, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: Pertama, masyarakat yang mempelajari wacana harus benar-benar dalam mengkaji tentang wacana, sehingga terbuka segala ihwal yang berhubungan hal tersebut. Kedua, setelah mempelajari wacana tersebut, diharapkan adanya aplikasi ataupun penelitian tentang wacana sehingga semakin tergambar jelas tentang wacana secara keseluruhan. Ketiga, pihak pemerintahan atau lembaga pendidikan hendaknya banyak menerbitkan atau mengeluarkan buku yang membahas tentang wacana, mengingat buku atau bahan tentang wacana masih sedikit dan sulit didapatkan.
KEPUSTAKAAN
Brown, Gillian dan George Yule. 1983. Analisis Wacana (diterjemahkan oleh I. Soetiko). Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Rineka Cipta:Jakarta.
Juita, Novia. 1999. Wacana Bahasa Indonesia. DIP Universitas Negeri Padang: Padang.
Supardo, Susilo. 1988. Bahasa Indonesia Dalam Konteks. P2LPTK: Jakarta
tiket menuju syurga
suatu ketika Ibrahim bin Adam akan memasuki sebuah kamar mandi umum, sebelum ia masuk penjaga kamar mandi mencegahnya dan memintah ongkos masuk kamar mandi, lalu dengan jujur ibrahim bin adam menjawab bahwa ia tidak memiliki uang. lalu penjaga kamar mandi berkata "kalau tidak punya uang tidak boleh masuk kamar mandi". lalu umar bin adam tersungkur dan menangis, setelah itu ada seorang pejalan kaki yang baik hati, ia memberikan sejumlah uang kepada ibrahim bin adam, namun ibrahim bin adam menolaknya. ia berkata "sesungguhya aku menangis bukan karena tidak diizinkan memasuki kamar mandi karena tidak ada uang, tapi yang aku tangisi adalah jika saja memasuki kamar mandi didunia saja tanpa ongkos aku tidak diizinkan masuk , apakah ada harapan bagiku untuk memasuki syurga? apa jadinya aku bila mereka menuntun 'amal kebaikan apa yang kau bawa hingga kau laya masuk syurga? persis ketika aku tidak diizinkan masuk kamar mandi karena tidak bisa membayas, sudah pasti aku ditolak masuk syurga jika tidak tidak amal kebaikan'. itulah sebabnya aku menangis tegas ibrahim bin adam. " semoga kita mempunyai amal kebaikan dan selalu mengumpulkannya untuk menjadi tiket ke syurga nanti, manfaatkanlah setiap momentum kebaikan yang terhampar di depan mata kita, semoga kita adalah orang2 yang memiliki tiket nantinya. Amin
Sabtu, 23 Juli 2011
kembali, inspirasi dari sebuah kerumitan jiwa
Bismillahhirrahmanirrahim.. untuk saudaraku yang tak pernah lelah
Assalamu’alaikum…..
Menikmati dan menjadikan kelelahan itu keindahan……….
Saudaraku……..
Lama tak jumpa, apa kabar saudara ku, apa kabar iman dihati yang engkau selalu berusaha untuk menjaganya dengan segala amalan dan ibadah? Apa kabar ilmumu yang selalu kau gali dan selalu kau cari? Apa kabar dengan azzammu yang slalu kau tanam dalam hati dengan memahami segala yang kau lakukan hanya untuk illahi? Saudaraku…. Apa kabar dengan ragamu, yang senantiasa kau jaga dengan selalu menjaga ritme kegiatan serta mengatur segala aktivitasmu?
Subhannallah,,,,, ana yakin saudaraku bisa menjaga semua itu, yang senantiasa akan membangun jiwa yang kokoh. Teruntuk saudaraku yang tak pernah lelah di jalan ini. Teruntuk saudaraku yang selalu mencoba mengikrarkan janji setia di jalanNya!
Saudaraku… di atas ana sudah menanyakan kabar, sekarang ana ingin mengungkapkan apa yang terasa, ini membuat sebuah pernyataan seperti judul di atas “menikmati dan menjadikan kelelahan itu indah”.
Kawan… ana ingin bercerita tentang sesuatu…
Kawan… saat ini mungkin adalah saat-saar kita berjuang, saat kita mengerahkan segala kemampuan, menguras pikiran dan tenaga. Tak sedikit hal yang kita korbankan demi tercapainya maksud mulia, maksud untuk mensyiarkan dienNya.
Sebelumnya ana ingin menceritakan kisah baginda kita yang mulia, Rasullullah SAW, seorang panglima yang gagah berani, kesakitan yang tak tertanggungkan, cercaan lahir dan bathin yang beliau rasakan saat hijrah ke tha’if. Seorang manusia yang mulian, berjalan ke negeri yang jauh untuk maksud yang mulia, demi kehidupan yang abadi ummat di akhir nanti. Beliau tidak mengharapkan harta yang melimpah, jabatan yang menjajikan bila Ia berhasil. Namun, Ia hanya mengharapkan keRidhaan Allah semata.
Dalam perjalan yang mulia itu, jangankan beliau mendapat sambutan baik, akan tetapi beliau mendapat siksaan, beliau dilempari batu, sehingga sekujur tubuhnya berlumuran darah. Kawan… beliau tidak membalas, tidak mencerca mereka yang menzaliminya, namun beliau malah mendo’akan kebaikan demi mereka. Subhanallah mulia sangat hati beliau.
Mungkin kawan semua sudah pernah membaca kisah ini dalam shirah nabawiyah, ini hanya sebagai pengingat untuk kita.
Bila kita bandingkan dengan usaha Rasul dalam menyiarkan islam, bisa dikatakan perjuangan kita belum seberapa. Dahulu sahabat, tabi’in dan pejuang mujahidin lainnya rela mengorbankan segalanya, bahkan nyawa satu-satunya. Subhanallah.
Kawan.. sekarang dalam perjuangan ini, kita mungkin hanya mengorbankan sedikit waktu, tenaga, pikiran, dan harta yang kita punya. Kita berkorban tenaga untuk melakukan hal-hal yang nantinya demi kebaikan ummat dan yang akan berbalas dengan syurga yang tiada tara keindahannya. Mungkin saja, dalam agenda dakwah ini, bisa jadi kita mengangkatkan suatu acara, sebut saja syiar islam atau apalah. Tentu kita akan bekerja demi tercapainya tujuan yang kita maksud. Dalam bekerja tentu semua itu tidak akan berjalan lancer sesuai keinginan kita. Sesungguhnya Allah akan menguji kesabaran hambaNya.
Saudaraku… saat masalah datang dalam ranah kehidupan berbagai reaksi yang akan bermunculan, namun yang sering kali muncul adalah keputusasaan dan keluhan-keluhan. Terkadang, mungkin, kita menganggap masalah itu sebagai halangan. Sebagai sesuatu yang menjadi pembenaran bagi kita untuk tidak melakukan sesuatu. Namun, mungkin perlu kita sadari, betapa masalah itu sangat penting dalam hidup ini. Kehidupan ini tentu tidak akan lepas dari masalah. Dengan adanya masalah kita akan tertarbiyah untuk kesabaran, dengan adanya masalah kita akan dilatih untuk berpikir keras (ana ingat perjuangan di siyasiy yang rumit dan pelik, namun menjadikan kita jadi org2 pemikir dan hebat).
Salam jihad untuk kader dakwah perindu syurga.
Sejarah mencatat bahwa kejayaan Islam tegak di atas pondasi amal jama’I, Rasullullah tidak sendiri meninggikan risalah ini, ada Abu bakar, Utsman, Umar, Ali, dan banyak lagi sederetan nama yang mulia lainnya yg menorehkan sejarah peradaban ke-emasab Islam.
Realitas diri kita hanyalah ummat di penghujung zaman yang jauh dari ke-Rabbani_an dan akrab dengan kemaksiatan zaman. Beban dakwah ini terlalu berat untuk dipikul sendiri, sehebat apapun seseorang ia tidak akan kuat menggung amanah ini. Jama’ah adalah kunci kesuksesan dakwah ke depan. Maka jangan pernah menyerah andai kita belum mampu bergerak atas kelalaian konsep amal jama’I karena saudara2 kita yang tidak totalitas dalam bekerja.
Kebahagian dan kemanisan perjalanan seorang kader dakwah adalah ketika ia mampu bersabar dengan ujian, kesulitan dakwah yang allah hadapkan lalu MENANG!!!!!!
Bahagialah dengan kelelahan dan pengorbanan yang kita rasakan karena Allah telah menjanjikan syurga di ujung perjalanan.
Dewasalah dengan segala masalah karena itu tarbiyah dariNya.
Lalu kesedihan dan kesempitan apalagi yang membuat pudar ghiroh juang kita sebagai perindu2 syurga??? Apakah syurga Allah tidak cukup berharga mengganti perjuangan, kesabaran dan pengorbanan ini. Kita adalah orang yang paling bahagia dengan kesempitan yang kita punya.
ALLAHUAKBAR!!!!!!!!!
Langganan:
Postingan (Atom)